Cinta Carlos Kepada Bung Karno
Tahukah Anda, Bung Karno memiliki sopir khusus seorang warga Roma, Italia bernama Carlos. Bung Karno begitu menyayangi dia, begitu pula sebaliknya. Ihwal kedekatan Bung Karno dengan para sopir atau bawahan lain pada umumnya, tak lain karena Bung Karno begitu perhatian kepada hal-hal kecil. Seperti misalnya setiap kunjungan ke daerah-daerah, dari satu tempat ke tempat lain, Bung Karno akan selalu dan berkali-kali menanyakan “status kesejahteraan” sopir. Harus cukup istirahatnya. Harus cukup makannya. Harus tenang hatinya. “Keselamatan kita di tangannya,” ujar Bung Karno suatu hari kepada ajudan Bambang Widjanarko.
Perhatian khusus itu pula yang merebut hati bawahan, sehingga mereka benar-benar mencintai Bung Karno. Tak terkecuali seorang sopir berkebangsaan Italia. Carlos, si sopir itu, adalah langganan Kedutaan RI setempat setiap kali Bung Karno berkunjung ke sana. Dan ketika pada suatu hari Bung Karno berkunjung ke Roma, dan si sopir bukanlah Carlos, serta-merta Bung Karno bertanya kepada Dubes, “Mengapa sopirnya lain? Ke mana Carlos?”
Ketika dicek ke perusahaan tempat Carlos bekerja, diketahui Carlos sedang berlibur ke Swiss atas tanggungan perusahaan. Maka, Bung Karno pun segera bertitah, “Panggil dia pulang, saya mau Carlos!” Perintah pun segara dilaksanakan, dan kesokan paginya, Carlos sudah muncul di hotel, menghadap Bung Karno, memberi hormat ala militer dan berkata, “Your excellency, I am at your service.” Bung Karno menyambut gembira, “Well Carlos, where have you been? I missed you. Bagaimana kabar istri dan anak-anakmu?”
Disapa begitu, Carlos pun bercerita: “Mungkin Paduka Yang Mulia sudah mendengar ceritanya. Saya dipaksa cuti ke Swiss beserta keluarga. Memang senang bepergian ke luar negeri, apalagi dibiayai perusahaan. Tapi kemarin sore waktu kami mendapat berita dari perusahaan agar kami segera pulang karena saya harus melayani Paduka Yang Mulia, kami menjadi lebih gembira lagi. Bahkan istri saya mendesak agar kami cepat-cepat kembali ke Roma. Dan, inilah saya… siap melayani Paduka Yang Mulia.”
Bung Karno bukanlah pribadi yang egois. Demi menjaga peraaan para sopir, teman-teman sekantor Carlos, maka Bung Karno mengundang mereka makan bersama. Carlos datang bersama 10 temannya. Dari event itu diketahui, bahwa kepergian Carlos berlibur ke luar negeri, mulanya karena usulan teman-temannya yang “iri”, dan ingin juga melayani Bung Karno. Maka, ketika terbetik berita Bung Karno hendak berkunjung ke Roma, diaturlah agar Carlos pergi, sehingga sopir lain berkesempatan melayani Bung Karno.
Nah, kembali ke jamuan makan malam terakhir, sebelum Bung Karno dan rombongan kembali ke Tanah Air. Usai makan spaghetti dan minum anggur dalam suasana pesta kecil, keesokan harinya, para sopir sudah berada di hotel, bersiap dengan mobil masing-masing hendak mengantar rombongan Bung Karno ke bandara. Pagi yang cerah, ketika Bung Karno keluar dari hotel hendak menuju mobil, dilihatnya para sopir berjejer di samping pintu sambil memegangi topi. Lalu, terdengar aba-aba: One – two – three ! dan terdengarlah suara para pengemudi itu bernyanyi:
“Bung Karno siapa yang punya”
“Bung Karno siapa yang punya”
“Bung Karno siapa yang punya”
“Yang punya kita semua….”
Bung Karno tersenyum menahan haru. Para pengemudi berkebangsaan Itali menyanyikan lagi yang amat populer ketika itu, dalam bahasa Indonesia yang baik. Belakangan diketahui, para sopir itu sudah belajar dari salah seorang staf kedutaan Indonesia, dan mereka sangat menyenangi lagu tersebut.
Bung Karno mengucap terima kasih, lantas menyalami semua pengemudi satu per satu.
Bung Karno, telah merebut hati semua pengemudi di Roma