Tahun 1956 adalah tahun pertama kali Presiden Sukarno menginjakkan kaki di Amerika Serikat. Ia menuju Negeri Paman Sam dengan segumpal kekaguman terhadap tokoh-tokoh kebangsaan negeri itu. Ia juga masih dielu-elukan sebagai Presiden negara baru yang namanya sudah menjulang di jajaran pemimpin-pemimpin dunia.
Dalam penuturannya kepada Cindy Adams, tampak sekali Sukarno sangat menikmati kunjungannya ke Amerika yang pertama. Ia bahkan masih ingat jumlah wartawan yang mengerubunginya setiba di sana: 110 wartawan! Ia teringat pula, masa-masa sekolah di HBS Surabaya, sudah melalap habis konsep declaration of independence Thomas Jefferson, ia menelaah Das Capital, ia bahkan mempelajari sejarah para pendiri bangsa Amerika dengan seksama.
Alhasil, ketika ditanya, “Presiden Sukarno, apakah maksud perjalanan tuan ke Amerika?” segera Bung Karno menjawab, “Sejak masa pemuda saya telah mencintai negeri Saudara.” Segera ia lanjutkan dengan jawaban lanjutan, “Di dalam pikiranku saya telah melihat semua gedung Saudara. Saya telah menjelajah seluruh negeri ini. Bahkan saya lebih mengetahui tentang negeri Saudara daripada Saudara sendiri. Jadi, saya datang kemari untuk menghargai Saudara”
Seorang wartawan lain tunjuk jari dan melempar tanya, “Menurut pendapat Tuan Presiden, di manakah letak perbedaan yang paling besar antara Indonesia dan Amerika?”
Awalnya, Bung Karno menjawab serius, “Salah satunya ialah di dalam cara pemilihan tokoh-tokoh politik untuk memegang pemerintahan.” Ya, seperti kita ketahui, ketika itu Amerika sudah memberlakukan one man one vote alias pemilihan langsung pemimpin pemerintahan mereka. Sementara Indonesia menggunakan sistem perwakilan.
Setelah itu, Bung Karno meluncurkan jawaban yang membuat suasana menjadi cair… “Perbedaan yang lain ialah pada cara orang Amerika bersalaman. Orang Amerika bersalaman dengan para ibu dan mencium anaknya. Inilah perbedaan kita yang sangat besar. Cara Sukarno: Bersalaman dengan anaknya dan mencium ibunya